PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
TERPADU
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di
SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara
terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan
Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan
secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan
dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih
melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran
yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang
mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta
didik.
Selain itu, dengan
pelaksanaan pembelajaran yang terpisah, muncul permasalahan pada
kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan
putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik
kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun
1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6%
sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima
3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu
sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua
0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam
1,78%.
Angka nasional tersebut
semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi
terutama yang hanya memiliki sedikit taman kanak-kanak. Hal itu
terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik
kelas satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun
1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun
yang masuk taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % peserta didik berada
pada pendidikan prasekolah lain.
Permasalahan tersebut
menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal
sekolah dasar di Indonesia
cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik
yang telah masuk taman kanak-kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik
dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan taman
kanak-kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran
antara kelas awal sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga
menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat
saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.
Atas dasar pemikiran di atas
dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional
Pendidikan, maka pembelajaran terpadu sangat penting untuk dilaksanakan di
tingkat sekolah dasar, agar pembelajaran di kelas tidak monoton, menyenangkan
serta bermakna bagi kehidupan peserta didik.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
a.
Apakah yang dimaksud
dengan pembelajaran terpadu?
b.
Bagaimanakah
prinsip-prinsip dari pembelajaran terpadu?
c.
Mengapa pembelajaran
terpadu penting untuk diterapkan di tingkat sekolah dasar?
3.
Tujuan
Penulisan
Dari uraian rumusan masalah
di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
a.
Untuk
mendeskripsikan pengertian pembelajaran terpadu.
b.
Untuk
mendeskripsikan prisip-prinsip dari pembelajaran terpadu.
c.
Untuk menguraikan
alasan pentingnya pembelajaran terpadu untuk diterapkan di tingkat sekolah
dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Pembelajaran Terpadu
Terdapat
dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang saling terkait dan
ketergantungan satu dan lainnya, yaitu integrated
curriculum (kurikulum
terpadu) danintegrated learning (pembelajaran
terpadu).
Kurikulum
terpadu adalah kurukulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui
pemaduan isi, keterampilan, dan sikap (Wolfinger, 1994:133).
Rasional
pemaduan itu antara lain disebabkan oleh beberapa hal berikut,
1)
Kebanyakan
masalah dan pengalaman (termasuk pengalaman belajar) bersifat interdisipliner,
sehingga untuk memahami, mempelajari dan memecahkannya diperlukan multi-skill.
2)
Adanya
tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam memecahkan berbagai masalah.
3)
Memudahkan
anak membuat hubungan antarskemata dan transfer pemahaman antarkonsteks.
4)
Demi
efisiensi.
5)
Adanya
tuntutan keterlibatan anak yang tinggi dalam proses pembelajaran.
Pemebalajaran
terpadu banyak dipengaruhi oleh eksplorasi topic yang ada di dalam
kurikulum sehingga anak dapat belajar menghubungkan proses dan isi pembelajaran
secara lintas disiplin dalam waktu yang bersemaan.
Perbedaan
yang mendasar dari konsepsi kurikulum terpadu dan pembelajaran terpadu terletak
pada segi perencanaan dan pelaksanaannya.
Idealnya,
pembelajaran terpadu harus bertolak dari kurikulum terpadu, tetapi kenyataan
menunjukkan bahwa banyak kurikulum yang memisahkan mata pelajaran satu dengan
lainnya (separated subject
curriculum) menuntut pembelajaran yang sifatnya terpadu (integrated learning).
Selain
pendapat diatas, nampaknya ada juga pihak yang menyamakan antara konsepsi
pembelajaran terpadu dengan kurikulum terpadu. Landasan pemikiran yang
digunakan adalah bahwa pusat perhatian kurikulum terpadu terletak pada proses
yang ditempuh seoarang siswa pada saat berusaha memahami isi pembelajaran
sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.
Atas dasar itu, pembelajran terpadu disikapi sebagai sebuah wawasan dan
aktivitas berpikir dalam merancang pembelajran yang di tujukanuntuk
menghubungkan tema, topic maupun pemahaman dan keterampilan yang diperoleh
siswa secara utuh/terpadu.
Pemeblajaran
terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajran
yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu,
siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
Focus
perhatian pembelajaran terpadu terletak pada proses yang ditempuh siswa pada
saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan
yang harus dikembangkannya (Aminuddin, 1994). Berdasarkan hal tersebut, maka
pengertian pembelajran terpadu dapat dilihat sebagai :
a.
Suatu
pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran yang
mencerminkan dunia nyata di sekeliling serta dalam rentang kemampuan dan
perkembangan anak;
b.
Suatu
cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak (simultan);
c.
Merakit
atau menghubungkan sejumlah konsep dalam bebrapa mata pelajaran yang berbeda,
dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Pemebalajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest) yang digunakan untuk memahami
gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari mata pelajaran yang
bersangkutan maupun dari mata pelajaran lainnya.
Pemebelajaran
terpadu merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajran
yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pendekatan ini berangkat dari
teori pembelajran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan
dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori pada tokoh Psikologi Gestalt, (termasuk
teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajran itu haruslah bermakna dan
menekankan juga pentingnya program pembelajran yang berorientasi pada kebutuhan
perkembangan anak.
Pelaksanaan
pendekatan pembelajran terpadu inibertolak dari suatu topic atau tema yang
dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak. Tujuan dari tema
ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep mata pelajaran, akan tetapi
konsep-konsep dari mata pelajaran terkait dijadikan sebagai alat dan wahana
untuk mempelajari dan menjelajahi topic atau tema tersebut. Jika dibandingkan
dengan pendekan konvensional, maka pembelajran terpadu tampaknya lebih
menekankanpada keterlibatan anak dalam proses belajar atau mengarahkan anak
secara aktif pada keterlibatan dalam proses pembelajaran dan pembuatan
keputusan. Pendekatan pembelajran terpadu ini lebih menekankan pada penerapan
konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning
by doing).
2.
Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Terpadu
Berikut ini
dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi :
1.
Prinsip
penggalian tema,
2.
Prinsip
pelaksanaan pembelajaran terpadu,
3.
Prinsip
evaluasi dan
4.
Prinsip
reaksi.
Prinsip
penggalian tema antara lain :
1)
Tema
hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan
banyak bidang studi,
2)
Tema
harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan
bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya
3)
Tema
harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
4)
Tema
yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak.
5)
Tema
yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi
dalam rentang waktu belajar.
6)
Tema
yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan
dari masyarakat
7)
Tema
yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
Prinsip pelaksanaan terpadu di antaranya
:
1)
Guru
hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam
proses belajar mengajar.
2)
Pemberian
tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerjasarna kelompok
3)
Guru
perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan
dalam poses perencanaan.
Prinsip evaluatif adalah :
1)
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk
evaluasi lainnya,
2)
Guru
perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai
berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam
kontrak.
Prinsip
reaksi
Dampak
pengiring (nuturan efek) yang penting bagi perilaku secara sadar belum
tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut
agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara
tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa
dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu
kesatuan utuh dan bermakna.
3.
Tujuan Pengembangan Model Pembelajaran terpadu.
Pembelajaran
terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan,
diharapkan siswa juga dapat:
1.
Meningkatkan
pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.
2.
Mengembangkan ketrampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan
informasi.
3.
Menumbuhkembangkan
sifat positif, kebiasaan baik dan nilai nilai luhur yang diperlukan dalam
kehidupan
4.
Menumbuhkembangkan
ketrampilan sosial seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, serta menghargai
pendapat orang lain.
5.
Meningkatkan
gairah dalam belajar.
4.
Urgensi Pengembagan Model
Pembelajaran Terpadu Pada Pendidikan Sekolah Dasar
Piaget
mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak meliputi tahapan:
1.
Sensori-motor,
2.
Pra operasional,
3.
Operasional konkrit,
dan
4.
Operasional formal.
Anak-anak
usia dini (2-8 th) berada pada tahapan pra operasional dan operasional konkrit,
sehingga kalau kita merujuk pada teori ini, dalam praktik pembelajaran di kelas
hendaknya guru memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada tahapan ini.
Secara
khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa perkembangan
anak usia dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat terpadu, di mana
aspek perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan
lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental,
sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan perkembangan itu akan terpadu
dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya.
Merujuk
pada teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget, maka dalam pembelajaran di
jenjang SD kelas rendah hendaknya kita menggunakan pendekatan yang berorientasi
pada kebutuhan perkembangan anak (DAP atau Developmentally Appropiate
Practice).
Penggunaan
pendekatan DAP ini mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh
guru, yaitu:
1.
Asas kedekatan,
pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau oleh anak,
2.
Asas faktual,
pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual (konkrit) mengarah
pada konseptual (abstrak),
3.
Asas holistik dan
integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah-milah topik pelajaran, guru
harus memikirkan segala sesuatu yang akan dipelajari anak sebagai suatu
kesatuan yang utuh dan terpadu,
4.
Asas kebermaknaan,
pembelajaran hendaknya penuh makna dengan menciptakan banyak proses manipulatif
sambil bermain.
Model
pembelajaran terpadu tidak hanya cocok untuk peserta didik usia dini, namun
bisa juga digunakan untuk peserta didik pada satuan pendidikan SMP/MTs dan
SMA/MA, karena pada hakikatnya model pembelajaran ini merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual
maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip
secara holistik dan otentik (Depdikbud: 1996:3).
Beberapa
alasan pembelajaran terpadu cocok digunakan di tingkat SD sebagai berikut.
1.
Pendidikan di SD
harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf
perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka
belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain.
2.
Di samping
memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga haru mengurangi dampak
dari fenomena ini di antaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan masalah
dari berbagai sisi, karena ia terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak
dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala pandang yang luas dan integratif.
Cakrawala pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang akan
mereka hadapi nanti di masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam
memandang manusia secara utuh.
Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula
(kurikulum terpadu) atau integrated approach (pendekatan terpadu) atau
integrated learning (pembelajaran). Pada pelaksanaannya istilah kurikulum
terpadu atau pembelajaran terpadu atau pendekatan terpadu dapat dipertukarkan,
seperti dikatakan oleh pakar pendidikan dan guru besar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri
Anitah Wiryawan, M.Pd.(Pikiran Rakyat, 11 April 2003) “kurikulum terpadu adalah
suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis
batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu
merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang
mata pelajaran yang sesuai. Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran
terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan.
Pembelajaran
terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan
pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat
proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989:9
dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu
didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari
merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan pendekatan
terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari
hasil pengalamannya sendiri. Collins dan Dixon
(1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai berikut: integrated learning occurs when an authentic event or
exploration of a topic in the driving force in the curriculum.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak
berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar
proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran
terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang
holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik
maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna,
dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan
masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai
dengan program DAP yang dikemukakan Bredekamp (1992:7) dalam Ahmad, pada
proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan
yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya
untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi
siswa untuk berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri
sebagai aktivitas yang dipilihnya. Pembelajaran terpadu juga menekankan
integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang
merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan
pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal
ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi
merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan
kebutuhan perkembangan siswa.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
a.
Jadi, pembelajaran
terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik
secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan mengemukakan
konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.
b.
Prinsip-prinsip
dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi :
v
Prinsip
penggalian tema,
v
Prinsip
pelaksanaan pembelajaran terpadu,
v
Prinsip
evaluasi dan
v
Prinsip
reaksi.
c.
Model pembelajaran
terpadu tidak hanya cocok untuk peserta didik usia dini, namun bisa juga
digunakan untuk peserta didik pada satuan pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, karena
pada hakikatnya model pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan
otentik (Depdikbud: 1996:3).
B.
Saran
Masalah
pembelajaran yang dihadapi para pendidik saat ini semakin kompleks. Untuk itu
para pendidik khususnya para guru di SD diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dalam menciptakan dan mengembangkan model-model
pembelajaran, agar dapat menunjang terciptanya proses belajar mengajar di kelas
yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik.
DAFTAR
PUSTAKA
Aminuddin, (1994).
Pemebelajran Terpadu sebagai Bentuk Penerapan Kurikulum 1994 Mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Makalah dalam seminar JPBS IKIP Malang, 26 November 1994.
Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Di
Sekolah Dasar. Jakarta :
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).
Tim Pengembang PGSD. 1996. Pembelajaran Terpadu S-2
Pendidikan Dasar. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.